Senin, 30 Juni 2008

ekonomi yang berspiritualkan agama

Ekonomi yang berkeyakinan Spiritual
“Utopia??”

Jika kita dihadapkan pada sebuah kata, &&& atau mungkin sebuah kondisi kritis yang dapat dilihat mata ataukah mungkin juga suatu sejarah akan benda yang berjudul “Uang” maka kata tersebut adalah ekonomi. Terlalu banyak sejarah dalam pembentukan suatu prsepsi tentang ekonomi. Namun dalam perjalanannya, yaitu termasuk penerapan teorinya. Maka ekonomi hanya menjadi nomor yang menakutkan bagi Indonesia itu sendiri.
Bahkan kata uang merupakan sesuatu yang sangatlah sensitif. Dalam artian suatu prestise, suatu pencapaian, suatu hakikat hidup. Ya hakikat hidup bisa dibayangkan dari dahulu sampai saat ini berapa jiwa melayang demi kata tersebut.
Mmmm...... Mati dipirkan....
Bayi meninggal karena orang tua yang tidak memperhatikan. Orang bunuh saudara karena hutang. Atau perebutan warisan yang sungguh perlu dipikirkan.
Sudahkah kau pikirkan Tki, TKW, dsb.... Hmmm.... Stop.... berhentilah dulu menerawang berhentilah dulu terbang. Mari nikmati sejenak percintaan antara sebuah pertobatan ekonomi dengan kesabaran spiritual.....

NB : Jika kau seorang ekonom : jangan beranjak ikuti perjalanan seorang ekonom dalam menjelaskan spiritualitas pada Bab I.

NB : Jika kau seorang spiritualis, bolehlah dengan sabar membaca jejak-jejak spiritual atau langsung menuju Bab II tentang pertobatan ekonomi... toh pandangan kita mungkin sama...




BAB I
Filsafat ekonomi spiritual

Banyaklah cabang dari ilmu atau mungkin pengetahuan spiritual dari jaman ke taman. Perangkumannya adalah suatu usaha untuk penyabaran bahwa moralitas memang benar dari kata religiusitas.
Religius adalah sebuah kata yang teramat dalam dan bisa juga sangatlah syahdu. Bagai musik yang penuh cinta dan rindu akan bahagia. Saya anggap spiritualitas adalah nilai religius manusia yang terpancar dan dapat dirasakan oleh seorang yang patut merasakannya.
Mungkin andalah salah satunya. Kepankah anda terakhir melakukan persemabhayangan atau ritual. Tidak mungkin anda lupa? Nah ingatan anda akan melayang mengikuti persembahyangan atau ritual tersebut.
Ingatkah apa yang anda pikirkan atau renungkan? atau anda hanya merenungkan hmmm.... berapa biaya yang habis untuk ritual ini.... oh ya aku sedang ingin berbisnis dengan klien... harus selesai secepatnya!! Atau wah ada acara bagus... harus secepatnya?
Ataukah anda dalam posisi seperti ini!
Tuhan saya minta agar mendapatkan pekerjaan yang baik layak? (padahal sudah mempunyai pekerjaan layak) Tuhan saya minta agar Dosa saya korupsi dihapuskan? (Padahak koruptor) atau Tuhan saya minta agar selalu diberikan rezeki? (padahal rumah punya, mobil ada, keluarga cukup makan).
Sudahkan anda berpikir tentang nasib pemulung yang selalu dicurigai sampai-sampai dengan gagahnya membuatkan plang “Mohon maaf pemulung dilarang masak” untuk menghormatinya. Sudahkan anda berpikir anak-anak terlantar dan fakir miskin di pojokan jalan yang selalu diusir oleh apara yang sungguh sangat terhomat. Saya pribadi mengagumi slogan jangan lupa menafkahi anak yatim dalam Islam yang sungguh bijaksana terlepas dari latar belakang saya.
Ataukah anda sudah bersujud untuk mensyukuri apa yang ada. Bersyukur sudah diberikan tempat layak untuk bangun apgi. Bersyukru untuk diberikan kesehatan sebagai dasar rejeki. Bersyukur telah diberikan keluarga yang selalu memperhatikan, keluarga yang sejahtera atau anak yang bermanfaat. Menurut saya hal ini sungguh mulia. Bersyukur akan kehidupan.
Dan yang terakhir, apakah anda berdoa untuk mengutuk seseorang? Tuhan semoga kolega saya sakit? semoga mereka sengsara, karena meerka bahagia.
Ah.... saya kira tidak ada yang terakhir... mungkin...
Terlepas dari cara berdoa tersebut.... Apakah Tuhan itu, siapakah Beliau, bagaimanakah sebuah makan tentang ke Maha an dari seluruh Maha.... yang tidak mungkin habis untuk diceritakan dibicarakan sampai akhir hayat bumi ini....
Jika disederhanakan, maka sayang khalik adalah pencipta bumi, matahari, air, api, tanah, sumber dari segala sumber di dunia. Tuhan adalah hakikat atau membentuk hakikat. Tuhan adalah sumebr segalanya.
Filsafat ekonomi spiritual adalah suatu cara pandang dimana ekonomi dibentuk dari cara berkeTuhanan yang Maha Esa dan bertujuan untuk keadilan sosial yang tinggi di masyarakat. Oleh karenanya ekonomi yang berspiritual tidak memandang laba sebagai tujuan, karena menurut hukum sebab akibat, dimana kita melakukan suatu kegiatan yang memenuhi kebutuhan, maka laba atau untung itu datang menyertai dari suatu kegiatan. Keadilan sosial adalah untung atau laba tertinggi dari kegiatan ekonomi itu.
Seperti kata falsafah yaitu "karmany eva dikharaste ma phalesu kadacana" yang artinya bahwa kita bekerja jangan terikat oleh hasil dari kerja tersebut. Falsafah tersebut mengajarkan kita untuk menjadikan laba bukan hal terpenting yang diutamakan dalam kegiatan ekonomi.

BAB II

Agama sebagai ideologi moralitas ekonomi

Tidak dapat dipungkiri bahwa agama merupakan hal yang ideologis bagi umat yang memelukna. Suatu kedigjayaan wahana emas manuhun, bahwa ekonomi dapat menjadikan agama sebagai faktor politis belaka.
Sebagai contoh bahwa ekonomi syareat islam yang harusnya mengantarkan rakyat atau umat ke mekkah, dikorupsi dengan sedemikian rupa. Itu adalah hal yang less morality yang berkedok agamaisme.Sungguh pun memaksa maysarakat atau umat untuk mendeskriditkan agama sebagai racun dunia (kata cang cuters).
Berbagai hal-hal politis itulah yang membuat agama menjadikannya sebagai kekotoran belaka yang menjatuhkan agama itu sendiri. Moralitas bobrok itu menjadikannya sesuatu yang musrik belaka dan memberhalakan uang itu sendiri.
Marilah dengan sebenar-benarnya menempatkan agama dalam posisinya sebagai penjaga moralitas bukan hanya sebagai pengadilan dalam hubungan suami istri belaka. Jika ditelaah maka-segala hal yang menciptakan moralitas bobrok perlu dihancurkan di masa sekarang ini. Salah satunya dengan menempatkan filosofi yang baik dan benar dan bukan hanya sekedar homo homoni lupus belaka.
Contoh ekonomi yang mumpuni adalah ekonomi dalam pengkoperasian yang menjadikan gotong royong sebagai hal yang mutlak perlu dilakukan. Prinsip Pancasilais berbeda banyak dengan prinsip liberalisme yang terlalu bebas dan prinsip sosialisme yang berbentuk doktrin-doktrin atas manusia.
Agama Hindu pun menyebutkan bahwa karnmany eva dikharaste Maphalesu kadacana, yaitu bekerjalah tanpa memikirkan hasil, karena hasil adalah racun belaka, bekerjalah dengan tanpa memikirkan hasil , ber-yadnya-lah agar semua waktu dalam hidup adalah untuk berusaha meningkatkan diri menjadi pencarian ilmu belaka.
Sebagai waktu dan contoh dalam penerapannya adalah sebagai jalan sutra yang disebut jnana marga. Yaitu hidup adalah untuk belajar dan hidup adalah untuk menikmati ilmu pengetahuan yang sahih dalam penjabarannya. Hal itu merupakan hal yang mulia adanya untuk menempatkan ekonomi ke dalam jaringan agama yang mumpuni pula, serta membuat agama sebagai pedoman hidup yang syahadat pula.
Bakti marga dan Karma Marga mungkin adalah jalan yang salah dalam penerapannya. Kita menjadikan kerja itu sebagai tujuan hidup, dan bakti pun tak cukup dalam penjabarannya. Yang benar-benar dari sujud-Nya adalah bagaimana ekonomi itu menjadi sebagai suatu jalan jnana yang penting untuk kemajuan dunia.
Atas usaha yang kokoh dari seseorang , maka pendidikan ekonomi adalah hal mutlak yang dilakukan dalam pembelajaran hidup. Haruslah ekonomi diajarkan di sekolah dasar, agar manusia itu tahu akan bahwa ekonomi moralitas menjadi suatu yang mutlak diketahui oleh manusia, khususnya di Indoenesia.
Bhagawadhita pernah bersabda,”jika kau kembali kepadaKu dan kau memujaKu maka kau akan ke Aku bukan ke lainnya”. Ada tujuan yang sahih disini, yang menjadikan Aku sebagai tujuan hidup.Aku dalam hal ini adalah Tuhan atau Allah atau Yesus atau Musa atau yang lainnya. Dan sertakan pula bahwa Aku adalah Wisnu juga dalam penjabaran perang Bharatayudha. Dalam hal ekonomi, maka Aku adalah “uang “ itu sendiri, dimana menjadikkannya sebagai tujuan hidup, namun sebgai tujuan dengan moralitas tinggi dalam pencapaiannya. Bukan berarti sebgai tujuan hidup yang kotor, tetapi sebagai tujuan hidup yang tinggi dalam pencapaiannya.
Uang adalah sebgai dewi laksmi atau kesejahteraan belaka, sama pula dengan falsafah pancasila yaitu kesejathteraan sosial masyarakat. Itulah tujuan belaka bahwa manusia hadir dan hidup untuk mensejahterakan dirinya dan tentu pula orang lain. Kembali dalam populasi manusia yang rakus akan uang, maka koperasi menjadi satu jawaban yang mumpuni dalam pencapaian utopia tersebut.

BAB III

Koperasi sebagai Wadah Gotong Royong yang Berspiritual Pancasila
Pancasila merupakan filosofi yang mafhum atau secara realitanya merupakan syareat yang mumpuni dalam berekonomi. Dalam perekonomian Pancasila ini mengandung makna yang sakral dalam penerapannya. Bahwa ekonomi bukan lagi menjadi hal yang homo homoni lupus dalam penerapannya. Karena kesejahteraan umat menjadi hal yang utama dalam penerapannya.
Koperasi dianggap sebagai soko guru yang wayah dalam penuturannya. Karena dalam pencariannya tidak terdapat keuntungan yang berlebih sebagai tujuannya. Sebenar-benarnya koperasi menjadi salah satu pilar yang sahih dalam perekonomian bangsa.
Koperasi dalam jaman sekarang memang dianggap sebelah mata, bahkan dianggap sebagai perusahaan bencong, karena tidak mengambil lahan cari untung dalam realitanya. Padahal koperasi menjadikan orang tidak jumawa pada kembali realitanya di masyarakat.
Usaha tolong menolong dalam koperasi, merupakan cermin kehidupan yang berjalan bagai air mengalir yang bersahaja. Bahwa bukanlah manusia , jika ia bagai srigala yang memakan manusia lainnya dalam filsafat ekonomi saat ini. Pancasila sebagai dasar falsafah koperasi, adalah sebgai berikut :
1. Pancasila merupakan wadah agama yang berkeTuhanan yang Maha Esa, dimana setiap agama memiliki pedoman bahwa hanya ada satu Tuhan di dunia ini.
2. Pancasila merupakan budi yang luhur dalam syareatnya sebagai satu kesatuan yang utuh yang membentuk sifat kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Pancasila merupakan alat pemersatu bangsa dimana dengan budaya politik yang sikut sana-sikut sini yang perlu diberantas untuk menuju masyarakat madani.
4. Dengan Pancasila sebagai pedoman , maka masyarakat tidaklah takut akan wakilnya yang duduk di DPR, karena dipilih dari hati nurani yang berpancasila akan dirinya.
5. Atas berkat rahmat Tuhan maka koperasi adalah bertujuan untuk keadilan sosial bagi masyarakat , dimana sosialisme menjadikan tujuan hidup bermasyarakat yang hendaknya dikembangkan. Hal ini bertujuan agar tidak ada saling pisah dan jurang pemisah antara si kaya dan si miskin yang merupakan produk kapitalisme itu sendiri.
Modal dalam koperasi diambil dari anggotanya sendiri, sehingga dengan demikian , bahwa koperasi membentuk watak manusia menjadi tepo seliro dan saling pengertian dalam penerapannya kembali. Gotong royong pun akan terlaksana dengan hakikat pancasila yang sejati untuk pemberdayaannya saat ini.

BAB IV
Korupsi Moral yang Merajalela
Korupsi merupakan kata kunci dari bab berikut. Disamping merupakan momok yang menakutkan, sebenarnya kata korupsi adalah hal yang musrik untuk dilakukan. Sebagaimana pula dalam hal ini ekonomi, merupakan asas berdemokrasi pancasila. Jika dikembangkan, maka ekonomi bukanlah hanya efisiensi dan efektifitas saja, melainkan pula sebuah dasar atau kajian yang mengekonomipancasilakan masyarakat.
Mengekonomikan masyarakat artinya bahwa masyarakat berusaha dihadapkan pada tantangan yang mengakibatkan rendahnya unsur moral yang dipegang oleh kata kunci tersebut. Di samping itu manusia Indonesia, baru merupakan khasanah bangsa yang melek akan uang itu sendiri.
Pada dasarnya bangsa Indonesia adalah bangsa yang nasionalis dan bangsanis. Yang cinta akan tanah airnya, hal itulah yang perlu dipupuk dalam bangsa yang moralitasnya rendah ini. Oleh karena itu moralitas sebagai unsur keagamaan yang nomor wahid, telah gagal menunjukkan taringnya sebagai penjaga moral itu sendiri.
Jadi adalah suatu hal yang tidaklah mudah untuk mengubah akar budaya korupsi sebagai hal utama yang mengacaukan roda perekonomian Indonesia. Padahal moralitas adalah hal terpenting untuk mengedepankan kekeluargaan dan asas gotong royong dalam mengadopsi pancasila sebagai falsafah dasar manusia ataupun sebagai agama itu sendiri. Karena agama telah gagal dalam penerapannya sebagai penjaga moral manusia Indonesia itu sendiri.
Jika disamakan uang adalah nyawa atau soul dari manusia itu sendiri, maka Pancasila adalah penjaga makna uang tersebut. Dalam sistem karma wasana atau karma yang menyebar. Maka dapat dipastikan jika bila korupsi terjadi, maka di bagian dunia lain terjadi pembunuhan akibat karma yang mengalir tersebut.Jangan dipungkiri ada orang miskin karena ada orang lain yang korupsi. Benar seperti itulah yang terjadi, karena karma adalah perjalanan abadi menuju surga dan neraka yang ada di bumi.
Konsep surga neraka di bumi adalah konsep dimana manusia itu memiliki neraka dan dunia surga di bumi ini. Pada dasarnya manusia mengalami ke-syahid-an setiap harinnya. Disamping untuk membanting tulang, dan juga sebagai pemenang dalam pencarian uang tersebut. Uang adalah makna yang dalam bagi bidang spiritual, karena dengan uang sebagai nyawa, maka meng-halal-kan cara uang itu beredar adalah hal yang mutlak dilakukan, dikatakan, dan dipikirkan.
Dalam Hindu terdapat tiga hal penting, yaitu Kayika, Wacika, Manacika. Pada dasarnya manusia tidak diperkenankan untuk berbuat kotor, berbicara najis, berpikir jorok. Karena hal itu membuat suatu medan elektromagnetik dan metafisika yang negatif. Begitu pula dalam mencari selembar rupiah, bahwa rupiah haruslah dicari dengan ke-halal-an yang tanpa syirik, dan musrik.
Jaman sudah berubah di alam ini. Dahulu saat nabi itu ada di dunia menyebarkan agama, maka uang belum menjadi kebutuhan penting dalam hidup. Barter adalah sistem yang terlaksana dahulu. Tidak ada lah kata uang apalagi korupsi. Oleh karena itu sejarah sekarang adalah uang yang berspiritual lah yang dianggap sebagai hal yang tulus diupayakan ada dalam dunia ini dan tanpa korupsi tentunya.

BAB V
Cinta adalah Uang Pula
Adalah kata materialistis merupakan sesuatu yang konon menjadi hal yang ditakuti di dunia, tentunya bagi orang yang dianggap miskin oleh orang lain. Padahal orang miskin adalah kata yang dianggap sebagai kata sifat yang semu bagi orang miskin. Pemulung yang dianggap orang miskin sebenarnya masih bisa hidup dan sungguh pun ia anggap dirinya bahagia. Pengkayaan dan pemiskinan merupakan konsep yang salah dalam dunia yang sekarang ini.
Hal ini berhubungan dengan sosialisme dan kapitalisme. Kedua kata tersebut adalah sesuatu yang pastinya eneg dikatakan bahkan dipikirkan oleh orang-orang tertentu. Padahal tidak ada kata miskin dan kaya jika diibaratkan bahwa miskin dan kaya itu adalah dapat mencapai hal yang sama dalam kebahagiaan.
Konsep surga dan neraka serta reinkarnasi, dapat dikatakan disini bahwa dalam Hindu maka manusia akan hidup nantinya dalam suasana yang bahagia pada saat mati di bumi ini. Sehingga ada pemikiran manusia yang kaya adalah manusia yang memiliki leluhur yang menjalankan agama sebagai bagaimana mestinya berdasar kitab-kitab agama tersebut. Dan yang miskin tidaklah salah menjadi miskin karena dahulu mungkin adalah pembunuh berdarah dingin yang merupakan sesuatu karma dan pahala yang harus dijalani.
Dalam Islam disebutkan maka jika engkau menjalankan alquran dengan sebagaimana mestinya maka kau akan mendapatkan surga di akherat dan dilingkupi oleh bidadari-bidadari cantik sebagaimana mestinya. Allah menyatakan bahwa Ia pun dapat menghidupkan manusia dengan sedemikian rupa dan menjadikannya manusia kembali yang hidup di dunia ini (konsep reinkarnasi). Jadi tidak lah salah untuk berpikir bahwa cinta Allah pada umatnya untuk menjadikan ia sebagai manusia yang perfect dalam hidupnya di dunia. Karena Allah maha pengasih dan maha penyayang.

BAB VI
Politik Biaya Tinggi sebagai Salah Satu Penghancur Bangsa

Bisa dikatakan suatu politik adalah suatu konspirasi akan pembodohan bangsa. Apalagi jika pencapaian suatu kedudukan dalam politik dikaitkan atau sebanding dengan uang atau modal yang ditanamkan. Hal ini merupakan suatu pembodohan karena pemaksaan kehendak dari si pemilik modal terhadap pemilih yang seharusnya independen.
Politik biaya tinggi pun disinyalir sebagai sebab dari korupsi itu sendiri. Dari sudut pandang ekonomi, maka jika untuk duduk di kursi empuk harus membayar biaya masuk dan seterusnya akan mencari pembalikan modal dari biaya tinggi tersebut. Jadi setelah duduk di “atas”, maka korupsi adalah satu cara untuk balik modal. Mengingatkan seperti jual beli barang atau perusahaan dagang.
Jika ditilik dari sudut perkembangan suatu negara, maka wajarlah jika Indonesia sebagai Negara berkembang masih merajakan suatu materialitas. Padahal belum tentu suatu nilai kebahagiaan diukur dari banyaknya materi yang dipunyai. Hiburan tidak dipungkiri memerlukan suatu materi untuk menikmatinya. Namun jika mengorbankan suatu empati terhadap mahluk sosial yang lain, maka tidak layaklah suatu kebahagiaan itu dikatakan kebahagiaan.
Ada cerita seorang teman, dimana suatu kandidat pemimpin menyumbang sebesar 100 juta. Nah bagaimana caranya ia harus mengembalikan uangnya, kalo tidak korupsi jika ia terpilih nanti. Sebagai saran bagi teman saya itu, maka ambil saja uangnya, dan jangan pilih dia. Pilihlah sesuai hati nurani anda sendiri.
Transparansi sebagai senjata dalam memerangi korupsi, belum tentu bisa digunakan dalam menjebak politik biaya tinggi ini. Bagaimana bisa jika tidak ada pencatatan yang perlu dianalisa, jika semua pengeluaran biaya tidak dicatat secara sistematis. Sungguh susah menjebak para belut-belut politik ini.
Dalam hal pemilihan calon independen, saya pribadi sangat setuju. Namun partai-partai sebagai wakil pemilu, sudah dengan strategi perangnya di DPR (Dewan Perampok Rakyat). Memotong segala celah untuk menjegal calon independen itu sendiri. Calon independen sudah barang tentu harus memiliki nama yang harum yang layak juga untuk dijual tanpa biaya yang tinggi pula. Jika nama tidak ada, kembali lagi harus merogoh koceknya untuk biaya naik ke panggung politik. Sungguh lingkaran setan yang sulit dicari solusinya.
Sebagai contoh nama suatu pemimpin yang harum adalah kalau boleh menyebut nama, maka Mangku Pastika adalah berdaya jual tinggi. Tanpa biaya tinggi untuk masuk ke panggung politik sudah ada jaminan untuk dipercaya oleh masyarakat sebagai pemilihnya. Ini bukan sebagai ajang promosi, cuma sebagai pemberian contoh politik yang berbiaya rendah.
Ada pula kabar dari salah satu calon gubernur yang tidak mengeluarkan biaya apa pun untuk duduk di panggung pemerintahan. Itu lah yang patut dijadikan pilihan yang sebagai plihan hati nurani. Media juga kadang-kadang kalau boleh dikatakan, mengambil biaya tertentu agar suatu berita calon pemimpin muncul di halaman depan media tersebut. Itu sah-sah saja, namun dimana etika dari media tersebut untuk menjadi media yang independen dan membentuk opini di masyarakat.

Tidak ada komentar: